Tahukah anda apa itu orientasi rohani? Jika anda memegang kompas dari Roh Kudus, dapatkah anda menemukan arah utara dari hati anda? Mungkin anda akan menjawab sama dengan saya, "Tentu saja saya tahu. Saya adalah pengikut Kristus, saya percaya padaNya dan mengijinkanNya memimpin saya. Tolong jangan berlebihan dengan mengingatkan saya akan hal-hal yang saya sudah tahu." Kita dapat dengan mudah merasa terganggu ketika seseorang bertanya pada kita dimana sebenarnya kita sedang berada dalam perjalanan rohani kita. Saya kira itu mungkin karena kita tidak mau diawasi dan diingatkan. Kita tidak mau mengakui bahwa mungkin kita mempunyai masalah dengan dosa yang tidak diakui dalam hati kita. Namun bagaimana jika Tuhan yang bertanya?
Dalam Kejadian 3, saat Adam dan Hawa berdosa, mereka berlari dan menyembunyikan diri di antara pepohonan dalam taman. Tuhan memanggil mereka dan bertanya, "Dimanakah engkau?" Dibanding mengatakan yang sebenarnya terjadi ("Tuhan, saya bersembunyi karena saya telah berdosa dan makan dari buah yang Kau larang untuk dimakan, dan itu salah..."), Adam mengatakan bahwa dia bersembunyi karena dia merasa takut. Saat dikonfrontasi dengan dosa yang dia lakukan, dia menjadi serba salah dan Adam memilih untuk mengatakan pada Tuhan tentang betapa buruk perasaannya. Adam terlihat mengetahui dimana sebenarnya dia berada saat dia berkata pada Tuhan, "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." (Kejadian 3:10). Namun Adam tidak tahu dimana dia berdiri secara rohani. Dia tidak sadar bahwa dia tidak hanya sekedar berada di balik pepohonan yang rimbun, tapi di dalam tempat yang paling gelap, mematikan, dan menyedihkan. Adam berpikir bahwa dia hanya berada sedikit lebih jauh dari hadirat Tuhan, tapi dalam kenyataannya, dia sudah berada dalam genggaman iblis, menanti saat-saat keputusan yang mengubah hubungannya dengan Tuhan dan mengubah sejarah manusia.
Saat Tuhan memanggil kita dan bertanya, "Dimanakah engkau, anakKu?" Dia tidak sedang bermain tebak-tebakan. Dia bertanya tentang kondisi hati kita. Dan ketika Dia menanyakan hal itu, itu bukan untuk kepentinganNya, Dia bertanya untuk kepentingan kita. Saya heran karena apa yang paling jelas bagi Tuhan dan bagi orang-orang di sekitar kita yang benar-benar mengikutiNya itu seringkali malah membingungkan kita. Tuhan bertanya karena tanpa pimpinan Roh KudusNya yang membimbing kita untuk melihat diri kita sendiri, seringkali kita menjadi buta terhadap dosa kita sendiri. Namun lebih dari itu, Dia ingin kita mengakui kesalahan kita dan mengarahkan kembali hidup kita kepadaNya. Jika kita tidak berusaha untuk menundukkan kedagingan kita dan mengikuti arahanNya, maka tanpa kita sadari, dosa dapat terus mempengaruhi hidup kita.
Kita bisa saja menganggapnya sebagai hari yang buruk, atau membuatnya masuk akal dengan menganggapnya sebuah kelemahan manusiawi atau bahkan sebuah aspek kepribadian. Kita juga bisa menyalahkan Tuhan. Pada akhirnya, itu tetaplah sebuah dosa. Dan saat kita mulai berjalan dalam dosa yang tidak kita sadari, kita menghentikan aliran berkatNya ke dalam hidup kita. Tuhan itu Maha besar dan Dia mampu melakukan segalanya, tapi karena Dia memberikan kita kehendak bebas untuk memilih, maka Dia tidak akan mendahului kita ke arah dimana kita tidak mau Dia untuk ikut campur.
Daud mengatakan dalam Mazmur 139:23-24, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" Seberapa sering kita meminta pada Tuhan untuk menegur kita jika kita berbuat dosa, agar kita tidak merusak hubungan kita bersamaNya dengan hati kita yang tidak bersih? Tuhan berkata bahwa Dia tidak menyukai orang yang tinggi hati tapi meninggikan orang yang rendah hati. Saya tidak tahu bagaimana dengan anda, tapi saya menghabiskan banyak waktu dalam argumen-argumen yang membenarkan diri saya sendiri, dan meluangkan sangat sedikit waktu dalam kerendahan hati akan Tuhan. Saya menyadarinya ketika Tuhan membukakan satu area dosa dalam hidup saya yang harus dibereskan, dan saya mengakuinya di hadapan Tuhan. Dia setia, mengampuni dosa saya, dan membersihkan saya (1Yoh 1:9).
Ingatlah anak yang terhilang (Lukas 15:11-24) yang lari dari rumah, menghabiskan semua uangnya, dan berakhir dalam kandang babi? Mengapa ayahnya tidak pergi dan mencari dia? Mengapa ayahnya membiarkan dia menderita? Karena ayahnya tahu bahwa sangatlah penting bagi anaknya untuk tahu dimana dia berada. Mengapa? Dosa telah menipu dia sehingga dia berpikir bahwa dia sedang menikmati masa kemakmuran, hidup dalam kemewahan yang tidak berakhir dimana dia bisa mengendalikan nasibnya sendiri. Dia bisa keluar dari rumah dan menempuh jalannya sendiri, serta berpetualang, seperti yang sewajarnya dilakukan oleh pemuda seperti dia. Perlu waktu yang agak lama bagi dia sampai dia sadar bahwa caranya ini berujung pada kemiskinan, dan butuh waktu sedikit lebih lama lagi bagi dia hingga dia menyadari bahwa inilah akibat dari mengejar keinginan-keinginan yang berdosa.
Kisah itu bisa saja berakhir di sana, seperti kisah kita yang bisa saja berakhir saat kita menyadari beratnya dosa-dosa kita. Kita bisa saja tetap berada di kandang babi, tenggelam dalam kegagalan dan kesalahan kita. Iblis sangat senang jika kita memandang diri kita sendiri seperti cacing. Tapi Tuhan telah memanggil kita untuk sesuatu yang jauh lebih besar daripada itu, Dia telah memanggil kita untuk menjadi putra dan putriNya. Tapi berhenti di situ saja tidak cukup. Kita bisa mengetahui kalau kita sudah berdosa, tapi jika kita tidak pernah memalingkan wajah kita kembali pada Tuhan dan memilih untuk berlari kembali kepadaNya, kita tidak akan pernah menjadi pemenang dan kita tidak akan pernah benar-benar menyenangkan hatiNya. Kita bukanlah orang Kristen otomatis, usaha kita untuk tetap mempertahankan diri kita sendiri bersih tidak akan pernah cukup. Kita membutuhkan Tuhan, Bapa kita, yang akan berlari menyambut kita saat kita kembali padaNya.
Dan camkan hal ini. Anak yang hilang itu tidak hanya menerima pengampunan dan penerimaan kembali dalam keluarganya, namun juga menerima anugrah. Dia mendapatkan perjamuan makan yang meriah, jubah indah, dan cincin. Ketaatan padaNya membawa berkat. Alkitab mengatakan bahwa manusia tidak dapat mengetahui apa yang ada dalam diri Allah, hanya Roh Kudus saja yang mengetahuinya (1Kor 2:11). Jika kita memilih untuk berjalan bersama Roh Kudus, kita tidak akan memuaskan keinginan kita akan dosa. Kita harus secara sadar dan terus-menerus menawan segala pikiran kita dan menundukkannya pada Kristus agar musuh tidak dapat menguasai kita (2Kor 10:4-5).
Kita harus memilih apa yang kita lalui setiap hari, kehidupan atau kematian (Ulangan 30:19). Saya tidak tahu dengan anda, tapi saya jelas memilih kehidupan! Saat Tuhan memanggil saya, saya tidak hanya ingin mendengar panggilanNya, namun saya juga mau menjawab Dia dengan tepat, bukan dalam rasa takut seperti Adam, bukan dalam keheningan, bukan dengan melarikan diri ke tempat yang jauh seperti anak yang terhilang. Saya ingin menjawab dengan cepat dan jelas, "Ya Tuhan. Saya melihat bahwa saya tidak berada di tempat yang Engkau mau, dan saya menyesal. Murnikan saya dari perbuatan saya yang jahat dan kembalikan saya dalam jalan kebenaranMu..."
"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:10)